HaluoleoNews.ID, KENDARI- Kepala Dinas Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Sulawesi Tenggara (Sultra), Dr. Ir. Martin Effendi Patulak, M.Si mengatakan, bahwa pembangunan patung pahlawan nasional asal Sultra, Oputa Yi Koo di Kota Baubau tuntas 100 persen.
Martin menyebut peresmian patung Oputa Yi Koo tinggal menunggu hasil audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Sultra. Hal ini disampaikannya langsung usai membuka kegiatan peringatan Hari Bakti Pekerjaan Umum (PU) ke 79 tahun 2024, Selasa (3/12/2024).
“Sudah rampung semua, sudah 100 persen. Secara lisan saya sudah melapor ke Pak Sekda (Asrun Lio). Kita lagi mempersiapkan itu (peresmian, red) setelah selesai dievaluasi atau diaudit BPK, sekarang sementara diaudit BPK,” ungkapnya.
Setelah peresmian, lanjut Martin, pengelolaan patung Oputa Yi Koo bakal diserahterimakan ke Dinas Pariwisata atau Dispar Sultra. Dengan pengelolaan ini diharapkan ada pengawasan dan perawatan sebagai aset negara.
“Nanti akan diserahterimakan ke dinas pariwisata provinsi. Tinggal dilihat saja apakah pariwisata provinsi menyerahkannya ke dinas pariwisata kabupaten. Peresmiannya juga nanti menunggu waktu Pj Gubernur,” ucapnya.
Mewakili Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Martin berharap kehadiran patung pahlawan nasional Oputa Yi Koo dapat menjadi kebanggaan masyarakat Bumi Anoa (sebutan untuk Sulawesi Tenggara). Pasalnya, patung tersebut tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi tetapi juga menjadi bagian penting dari upaya menjaga dan mengenang jasa-jasa pahlawan nasional bagi generasi muda saat ini.

Patung Oputa Yi Koo dibangun melalui proses yang panjang dan menghabiskan anggaran yang cukup besar. Martin menyebut bahwa total biaya pembangunan patung ini mencapai Rp53 miliar, yang terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama, dianggarkan Rp17 miliar, sedangkan untuk tahap kedua menelan biaya sebesar Rp36 miliar.
Menurutnya, proyek pembangunan ini menjadi bukti keseriusan Pemprov Sultra dalam mengabadikan nilai-nilai sejarah dan menghormati jasa para pahlawan.
“Total anggaran sebesar Rp53 miliar,” ujarnya.
Anggaran besar tersebut dialokasikan untuk memastikan bahwa patung yang dibangun dapat memberikan kesan mendalam dan memenuhi standar kualitas yang baik, baik dari segi estetika maupun konstruksi. Patung Oputa Yi Koo memiliki desain megah yang tidak hanya mencakup bagian patung saja, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menunjang aktivitas wisatawan.
Patung setinggi 23 meter ini dibangun di atas area seluas 8.897 meter persegi, dengan posisi yang menakjubkan di atas laut. Lokasi ini memberikan nuansa tersendiri bagi pengunjung, terutama dengan keindahan pemandangan laut yang mengelilinginya. Selain itu, patung ini juga dilengkapi dengan ruangan khusus untuk pengelola bangunan dan sebuah museum diorama perjuangan Oputa Yi Koo.
Museum ini akan menampilkan kisah perjuangan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, atau yang lebih dikenal dengan nama Oputa Yi Koo, dalam melawan penjajahan Belanda.
Diorama ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pengunjung, terutama generasi muda, tentang sejarah perjuangan Oputa Yi Koo dalam mempertahankan tanah Buton dari penjajah. Kehadiran patung ini, Martin Efendi berpesan kepada masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan dan keutuhan patung ini.
Mengingat lokasinya yang berada di tepi pantai, ia menekankan pentingnya kehati-hatian dari pengunjung agar tidak merusak fasilitas di sekitar patung.

“Masyarakat jangan sampai mengotori dan merusak fasilitas yang ada, karena masyarakat bisa mengakses sampai di kaki patung. Kami juga ingatkan perlu kehati-hatian karena lokasinya tepat di pinggir pantai,” pintanya.
Ia berharap, masyarakat Sultra agar turut mendukung keberlanjutan dan kelestarian situs bersejarah ini. Sebagaimana diketahui, Oputa Yi Koo adalah sosok yang sangat dihormati dalam sejarah Sulawesi Tenggara. Bernama asli Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, ia merupakan Sultan Buton yang konsisten melawan penjajah Belanda melalui perang gerilya di hutan hingga akhir hayatnya di puncak Gunung Siontapina.
Sosoknya yang gagah berani membuat Pemprov Sultra berupaya keras agar beliau diakui sebagai pahlawan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemprov Sultra untuk mengusulkan Oputa Yi Koo sebagai pahlawan nasional, hingga akhirnya pada November 2019, pemerintah Indonesia secara resmi memberikan pengakuan tersebut.
Penghargaan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Sultra, dan patung ini merupakan bentuk penghargaan yang akan abadi mengingat jasa dan pengorbanannya dalam mempertahankan kedaulatan Buton. Dinas Pariwisata Sultra nantinya akan mengelola patung ini sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang diharapkan dapat menarik minat wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Kehadiran patung ini diharapkan tidak hanya menambah daya tarik wisata di Kota Baubau tetapi juga memperkuat identitas budaya Sultra.
Selain itu, area terbuka atau ruang publik yang tersedia di sekitar patung dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kegiatan, sehingga patung Oputa Yi Koo ini tidak hanya sekadar monumen sejarah tetapi juga menjadi ruang interaksi bagi masyarakat.

Olehnya itu, Martin Efendi kembali berharap patung ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, baik dalam bidang pariwisata maupun edukasi nilai-nilai sejarah.
“Mudah-mudahan juga bisa menambah nilai sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan, baik itu dari masyarakat di Sultra maupun wisatawan,” harap Martin Efendi.
Dikutip dari RRI Kendari, pembangunan patung Pahlawan Nasional Sultan Himayatuddin Oputa Yi Koo resmi dimulai sejak Kamis, 22 September 2022, yang ditandai dengan peletakkan batu pertama oleh mantan Gubenur Sultra Ali Mazi.
Proses penciptaan rupa patung pahlawan Nasional Oputa Yi Koo ini diawali dari lukisan sketsa oleh almarhum La Ode Djagur Bolu yang kemudian menjadi cikal bakal rupa patung Oputa. (Adv)






