HaluoleoNews.ID, KENDARI — Dosen dan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Halu Oleo (UHO) kembali melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat melalui program Kemitraan Masyarakat Internal (PKMI) dengan tema “Diversifikasi Produk Berbasis Madu Hutan Lambusango Timur sebagai Upaya Peningkatan Nilai Tambah dan Kesejahteraan Masyarakat.” Kegiatan ini berlangsung di Desa Lambusango Timur, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton, baru-baru ini.
Tim PKMI FKM UHO terdiri atas Dr. Jafriati, S.Si., M.Si selaku ketua tim, dengan anggota Ima, S.Km., M.Ked.Trop; Nurmaladewi, S.KM., M.P.H; serta mahasiswa Yasrul, Yafia Amelia, dan Della Indriani.
Ketua tim, Dr. Jafriati, mengungkapkan bahwa Desa Lambusango Timur merupakan salah satu sentra madu hutan terbesar di Sulawesi Tenggara. Namun, berdasarkan hasil observasi, sebagian besar masyarakat masih menjual madu dalam bentuk mentah tanpa inovasi pengolahan sehingga nilai tambahnya belum maksimal.

“Potensi madu hutan di Lambusango Timur sangat besar, namun masih minim pemanfaatan. Masyarakat membutuhkan pemahaman dan keterampilan baru agar madu tidak hanya dijual mentah, tetapi juga diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
Jafriati menuturkan, bahwa selama ini masyarakat belum mendapatkan pelatihan mengenai pengolahan madu hutan menjadi produk turunan, seperti masker wajah alami dan minuman kesehatan. Padahal madu kaya akan flavonoid dan polifenol yang memiliki manfaat besar bagi kesehatan dan kecantikan, sehingga berpeluang menjadi komoditas unggulan.

“Melalui program ini, tim PKMI memberikan edukasi dan pelatihan pembuatan masker wajah berbahan madu hutan serta minuman kesehatan untuk meningkatkan imunitas dan energi tubuh. Kegiatan ini diharapkan dapat membuka peluang usaha baru, meningkatkan nilai tambah madu, serta mendorong kesejahteraan masyarakat setempat,” ucapnya.
Selain itu, beber Jafriati, madu menjadi salah satu dari 10 hasil hutan penting di Sulawesi Tenggara. Penelitian terbaru menunjukkan kualitas madu hutan daerah ini sangat potensial, terutama di Lambusango, yang didukung keanekaragaman flora sebagai sumber pakan lebah. Meski demikian, tanpa inovasi pengolahan, nilai jual madu tetap rendah.

Permasalahan yang Ditemukan di Lapangan, sebutnya, rendahnya pengetahuan masyarakat terkait diversifikasi produk berbasis madu, keterampilan dalam mengolah madu menjadi produk turunan belum optimal, dan kurangnya pendampingan dan pelatihan inovasi produk berbasis madu.
Sehingga, Tim PKMI FKM UHO menawarkan program edukasi dan pelatihan diversifikasi produk madu melalui pembuatan masker wajah alami dan minuman kesehatan. Langkah ini diharapkan mampu mendorong pengembangan ekonomi kreatif dan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan.

Dengan terselenggaranya PKMI ini, UHO berharap masyarakat Lambusango Timur dapat memanfaatkan potensi madu hutan secara maksimal, meningkatkan pendapatan, dan memperkuat posisi komoditas lokal di pasar yang lebih kompetitif. (*)






