HaluoleoNews.ID, KENDARI- Tim pelaksana Program Kemitraan Masyarakat Internal (PKMI) Universitas Halu Oleo (UHO) menyelenggarakan Pelatihan Pengukuran Status Gizi dan Kebutuhan Zat Gizi pada Atlet UHO Prestasi Menuju Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) 2023, di Unit Pembinaan Prestasi UHO, pada Agustus 2023 lalu.
Adalah, Suhartiwi, S.Pd., M.Pd (ketua); Aliasis Maruka, S.Pd., M.Pd. AIFO-P (anggota 1); Irma Yunawati, S.KM., M.P.H (anggota 2); Sri Tungga Dewi, S.KM., M.M.R (anggota 3); Siti Rabbani Karimuna, S.KM., M.P.H (anggota 4); Theodora Regina Stephanie Rere (anggota 5); Della Apriliana Pratiwi (anggota 6).
Sasaran pengabdian kepada Masyarakat Internal UHO ini, yakni para pengurus, pelatih, dan atlet UHO prestasi yang terlibat dalam Pomnas 2023 sebanyak 41 orang. Dengan pemateri kegiatan, yakni Irma Yunawati, S.KM., M.P.H pada Program Studi (Prodi) Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UHO.
Irma Yunawati, S.KM., M.P.H dalam pemaparannya mengatakan, bahwa UHO merupakan perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). UHO selalu mendukung atlet pada berbagai cabang olahraga diantaranya atletik, badminton, sepak bola, futsal, sepak takraw, voli, basket, taekwondo, karate, pencak silat, panjat tebing, renang, dan lainnya.
Beberapa cabang olahraga ini memberikan kontribusi dalam prestasi non akademik. UHO selalu turut serta dalam kompetisi non akademik di bidang olahraga, salah satunya adalah Pomnas. Dalam mencapai prestasi di bidang olahraga, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang atlet adalah performa. Hal ini mengutamakan daya tahan aerobik dan anaerobik untuk melihat daya tahan tubuh, salah satunya adalah kardiospirasi (VO2Max).
“Kardiospirasi yang tidak baik akan menyebabkan kelelahan pada seorang atlet saat latihan maupun saat bertanding. Atlet yang kebutuhan gizinya tercukupi dapat memberikan performa yang baik. Kebutuhan gizi yang cukup merupakan prioritas utama bagi manusia, termasuk atlet dalam menjalani rutinitas atau aktivitas keseharian,” ujarnya, Jumat (1/12/2023).
Ia menuturkan, keseimbangan gizi bertujuan untuk menjaga jaringan dan fungsi reproduksi, serta penampilan. Zat gizi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan prima seorang atlet karena zat gizi dibutuhkan pada kerja biologik tubuh saat seorang atlet melakukan aktivitas fisik.
Kebutuhan asupan energi olahraga bertujuan untuk menerapkan capaian kebutuhan asupan energi yang baik agar mampu mencapai performa kinerja fisik secara optimal. Dalam sudut pandang fisiologis, kinerja fisik saat melakukan rangkaian aktivitas gerak akan menghasilkan keluaran sejumlah energi yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan.
Ia mengungkapkan, suplai energi yang digunakan terutama saat melakukan aktivitas olahraga harus terpenuhi melalui pengaturan gizi seimbang untuk menghasilkan performa kinerja fisik yang maksimal. Pengaturan kebutuhan asupan gizi pada umumnya tidaklah jauh berbeda antara kebutuhan gizi untuk atlet dan manusia pada umumnya.
Perbedaan yang terjadi hanya terletak pada sisi kebutuhan energi yang dibutuhkan saat melakukan olahraga lebih terfokus pada keseimbangan suplai konsumsi zat gizi yang masuk kedalam tubuh, diolah oleh tubuh, dan dikeluarkan dalam bentuk energi.
“Kekurangan dan kelebihan zat gizi yang digunakan sebagai sumber energi dapat mengakibatkan ketidakseimbangan tubuh dalam menyuplai energi yang dikeluarkan, sehingga dapat berdampak pada performa atlet. Pemilihan makanan yang tepat sangat penting bagi atlet untuk memenuhi kebutuhan energinya dan mengatasi kekurangan gizi akibat latihan,” ujarnya.
Sambung dia, atlet memerlukan konsumsi makanan lebih banyak dari pada yang bukan atlet dengan komposisi zat gizi makanan yang seimbang, seperti pemenuhan kebutuhan energi melalui konsumsi karbohidrat 55 – 65%, protein 12 – 15%, dan lemak 20 – 35%. Pemenuhan asupan gizi yang tepat akan membuat performa atlet menjadi maksimal. Setiap atlet yang berusaha meningkatkan performa saat latihan dan bertanding harus fokus pada pemenuhan asupan gizi pada fase sebelum saat dan setelah latihan atau bertanding.
“Untuk mencapai bentuk tubuh yang ideal dan aktivitas yang prima bagi atlet diperlukan program pelatihan yang teratur dan terarah. Pelatihan beban untuk memperkuat kelenturan tubuh dan pelatihan aerobik untuk meningkatkan kebugaran serta pelatihan teknik dan keterampilan. Semua upaya tersebut akan mencapai hasil yang lebih baik dengan asupan gizi atau pengaturan makanan dengan kebutuhan gizi yang lebih besar dibanding orang biasa,” ungkapnya.
Selain asupan gizi, faktor lain yang mempengaruhi performa adalah status gizi. Keduanya saling berkaitan karena asupan yang adekuat akan menghasilkan status gizi yang optimal. Untuk mengetahui status gizi atlet dapat diukur dengan beberapa cara, salah satunya adalah antropometri dengan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh.
Fenomena kasus yang masih banyak terlihat di khalayak masyarakat, termasuk pada bidang keolahragaan yang ada di UHO adalah kurang memahami peran penting ilmu gizi dan kesehatan yang berkaitan dengan olahraga. Hal tersebut terlihat dari pola asupan latihan maupun pembinaan olahraga yang dilakukan tidak seimbang dengan asupan gizi yang diperlukan pada tiap-tiap aktivitas fisik cabang olahraga.
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet dalam mencapai prestasi yang maksimal. Namun demikian, sebagian besar asupan gizi atlet tidak sesuai karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman dalam memilih makanan serta kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi olahraga bagi prestasi atlet. Diperlukan sistem pelatihan yang optimal, termasuk ketersediaan dan kecukupan gizi yang sesuai dengan jenis olahraga atlet.
“Perbaikan dan penyempurnaan sistem pembinaan, pelatihan olahraga dalam melakukan pendekatan dan penerapan ilmu pengetahuan juga teknologi, termasuk gizi olahraga untuk meningkatkan prestasi atlet di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014) termasuk di UHO,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua PKMI UHO, Suhartiwi, S.Pd., M.Pd menambahkan, bahwa berdasarkan hasil analisis data bahwa terdapat perbedaan pengetahuan peserta sebelum dan setelah adanya pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian materi dan praktik sangat efektif dalam proses pembelajaran dan pelatihan sehingga peserta dapat memahami dan diharapkan dapat mempraktikkan apa yang telah diperoleh dalam proses pelatihan.
Edukasi dan pelatihan tentang pengukuran status gizi dan kebutuhan zat gizi sangat penting bagi atlet agar dapat memiliki performa yang baik sehingga prestasi olahraga dapat tercapai. Hal ini menyimpulkan kegiatan PkM mampu memberikan dampak positif dalam mengedukasi masyarakat untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang bermanfaat bagi kemaslahatan.
Selanjutnya, kegiatan PkM dalam bentuk workshop pola asupan gizi bagi atlet memberikan dampak positif dalam memahami pola asupan menu gizi yang tepat dan menjadi pedoman sesuai kebutuhan aktivitas olahraga. Meningkatkan dan mengembangkan pemahaman tentang peran penting gizi olahraga dalam manajemen sistem pembinaan olahraga menjaga ataupun mengatur langkah untuk menghasilkan output pencapaian prestasi yang optimal.
Beber dia, paradigma memahami gizi olahraga yang baik akan menghasilkan literasi pembelajaran lebih memahami tentang pola hidup sehat, menjaga daya tahan tubuh untuk selalu berenergi saat melakukan berbagai aktivitas jasmani. Dalam ruang lingkup atlet dan pelatih olahraga (kepelatihan), paradigma memahami gizi olahraga yang baik akan menghasilkan pola sistem pembinaan untuk mencapai prestasi maksimal.
“Untuk memaksimalkan performa kemampuan fisik atlet, selain kebutuhan periode istirahat yang memadai, performa atlet dapat terukur dari pola asupan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, dan dikeluarkan dalam bentuk energi,” pungkasnya. (red)