HaluoleoNews.ID, KENDARI– Sejalan dengan budaya untuk kembali ke alam (back to nature) menyebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi sayuran yang mengandung bahan kimia. Saat ini pola hidup sehat yang akrab lingkungan telah menjadi trend baru memulai pola hidup baru dengan menggunakan sayuran yang ditanam skala rumah tangga karena aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan.
Oleh karena itu, komitmen dari pemerintah dan instansi terkait untuk dapat melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan.
Salah satu wilayah yang memiliki potensi pekarangan yang luas adalah Desa Puwehuko. Desa Puwehuko secara administrasi masuk dalam wilayah Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) dengan batas wilayah bagian Timur Kondoono, Barat berbatasan dengan Monapa, bagian Utara berbatasan dengan Kowonua serta bagian Selatan berbatasan dengan Konawe.
Perwakilan Tim PKM Fakultas Pertanian (FP) Universitas Halu Oleo (UHO), Prof.Dr.Halim, S.P., M.P mengatakan, bahwa jumlah penduduk Desa Puwehuko saat ini sebanyak 521 jiwa dengan jumlah 129 Kepala Keluarga (Kec. Mowila dalam Angka, 2019). Penduduk Desa Puwehuko 99,9% beragama Islam dan 0,1% beragama Hindu. Masyarakat Desa Puwehuko terdiri dari berbagai suku seperti suku Bugis, Sunda dan Bali. Namun adat istiadat dan budayanya didominasi oleh adat Bugis sebagai penduduk mayoritas.
Masyarakat Desa Puwehuko lebih banyak beraktivitas sebagai petani baik tanaman jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga sejalan dengan perkembangan waktu Desa Puwehuko telah mengalami peningkatan jumlah penduduk yang secara langsung sangat berpengaruh terhadap kebutuhan pangan, sehingga mendorong masyarakatnya untuk melakukan usaha intensifikasi, ekstensifikasi pertanian.
Intensifikasi pertanian dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan lahan secara intensif, sedangkan ekstensifikasi dilakukan dengan memperluas pembukaan lahan baru melalui konversi hutan menjadi tanaman budidaya. Pola konversi hutan tersebut menyebabkan lahan pertanian komoditas jangka pendek menjadi terbatas, sementara tingkat kesuburan tanah rendah yang berdampak pada rendahnya produksi tanaman yang dikelola oleh masyarakat setempat.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat melalui pendampingan dan pelatihan cara pembuatan pupuk organik cair berbasis sumberdaya lokal untuk budidaya sayuran organik dalam mewujudkan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Desa Puwehuko.
“Gerakan masyarakat hidup sehat yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia melalui Intruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sangat erat kaitannya dengan sistem pertanian organik. Hal ini terlihat pada salah satu instruksi yang ditujukan kepada Menteri Pertanian Republik Indonesia yaitu mengawasi keamanan dan mutu pangan segar yang tidak memiliki kandungan pestisida berbahaya,” ujarnya, Selasa (30/5).
Hal tersebut cukup beralasan karena kebanyakan produk pertanian (sayuran dan buah-buahan) yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk lalapan segar seperti tomat, semangka, melon, sawi, kacang panjang dan produk pertanian lainnya sangat rentan dengan residu insektisida. Oleh karena itu, penerapan konsep pertanian organik berbasis kearifan lokal untuk mewujudkan program Germas sangat mendesak untuk diterapkan dengan mengacu pada konsep pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah, biasanya berupa pupuk. Pupuk merupakan bahan alami yang ditambahkan pada tanah supaya kesuburan tanah dapat meningkat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yaitu dari sisa-sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan yang mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang yang dibutuhkan oleh tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur.
Pupuk organik terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, diombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur-usur yang dapat digunakan oleh tanaman, tanpa mencemari tanah dan air.
“Masyarakat Desa Puwehuko sangat antusias dalam mengikuti semua tahapan kegiatan PKM, khusunya ketika mendengarkan pemaparan materi dari tim PKM berkaitan dengan pentingnya hidup sehat dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan serta hasil pertanian lainnya yang bebas dari pestisida kimia serta penggunaan pupuk organik,” ucapnya.
Melalui kegiatan ini, masyarakat memiliki keterampilan, pemahaman serta perubahan pola pikir dalam melakukan kegiatan pertanian dengan berorientasi pada kesehatan keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangan untuk menanam sayuran organik dan tanaman obat keluarga.
Hal itu juga diperkuat pernyataan Kepala Desa (Kades) Puwehuko, Hikmah, bahwa kegiatan PKM ini sangat bermanfaat bagi masyarakatnya dalam hal memahami pentingnya pupuk organik bagi kesehatan tanah, produk tanaman serta kesehatan masyarakat.
“Saya sangat berharap, jika desanya suatu saat bisa dijadikan sebagai salah satu Desa binaan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Halu Oleo (UHO), mengingat masyarakatnya sebagaian besar sabagai petani,” tuturnya.
Senada, Sekretaris Desa (Sekdes), Ali Akbar, S. IP, pelaksanaan kegiatan PKM ini sangat bermanfaat bagi pemerintah desa dan masyarakat, khususnya para Kelompok Tani.
“Saya mengharapkan, agar kegiatan seperti ini dapat dilakukan pada masa-masa yang akan datang dan kami setiap saat siap mengikuti kegiatan jika ada tim dari Fakultas Pertanian UHO,” pungkasnya.
Diketahui, Tim PKM FP UHO yakni, adalah Prof.Dr.Halim, S.P., M.P, Prof.Dr.Ir. Laode Sabaruddin, M.Si, Dr.Ir. Fransiscus Suramas Rembon, M.Sc serta Ir.Makmur Jaya Arma, M.P. Tim PKM tersebut telah melaksanakan kegiatan dengan tema “Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani Sayuran dalam Memanfaatkan Lahan Pekarangan melalui Penerapan Pupuk Organik Cair (POC) Berbasis Sumberdaya Lokal di Desa Puwehuko Kabupaten Konawe Selatan”. (red)