HaluoleoNews.ID, KONAWE- Komisaris Independen Bank Central Asia (BCA), Cyrillus Harinowo berkunjung di Politeknik Tridaya Virtu Morosi (PTVM). Kehadiran Komisaris Independen BCA di PTVI itu untuk mengisi Kuliah Umum bertajuk “Ekonomi dan Hilirisasi Nikel di Indonesia”, pada Senin (13/5/2024).
Turut dihadiri, Ketua Yayasan Andrew Zhu dan Tony Zhou dan jajarannya, Direktur PT. VDNI dan perwakilan PT. OSS itu mendapatkan sambutan yang sangat meriah dari civitas akademika PTVM
Dalam sambutannya, Direktur PTVM, Dr. Yuliadi Erdani mengatakan, bahwa proses keberadaan PTVM ini, yakni ingin menjawab permasalahan sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaaan (Mendikbudristek), Nadiem Makarim saat memberikan sambutan di acara serah terima Rektor Universitas Indonesia di Depok, Rabu (4/12/2019) lalu.
Dimana diantaranya, Mendikbudristek menegaskan pemerintah menargetkan agar para mahasiswa yang lulus bisa bertindak atau berbuat banyak dalam mencapai sebuah kesuksesan dan berkarakter.
Ia mengungkapkan, Indonesia saat ini sedang memasuki era di mana gelar tidak menjamin Kompetensi, kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, masuk kelas tidak menjamin belajar.
“Kutipan Mendikbudristek tersebut sangat inspiratif,” ujar Direktur PTVM.
Selanjutnya ia mengungkapkan, kehadiran Politeknik di Morosi ini mendapat sambutan dari masyarakat khususnya di Kab. Konawe, Konawe Utara (Konut) dan Kota Kendari. Hal ini dapat dilihat bahwa tahun pertama ada 120 mahasiswa yang terjaring melalui test, sedangkan tahun ini sudah membuka pendaftaran yang saat ini sudah diatas 100 pendaftar.
PTVM senantiasa berinovasi menghadirkan kreativitas untuk meningkatkan kuialitas mahasiswanya, salah satunya adalah mengundang para pakar untuk memberikan kuliah umum, sebagaimana yang dilakukan hari ini (red).
Sementara itu, Menjawab pertanyaan dari mahasiswa tentang seputar ekonomi dan Hilirisasi Nikel, Cyrillus Harinowo mengungkapkan, dulu Sulawesi Tenggara (Sultra) belum menjadi kekuatan ekonomi, tetapi saat ini Sultra sudah menjadi target dunia dalam pengembangan industry nikel dengan konsep hilirisasi nikel.
Menurutnya Hilirisasi yang dimaksud adalah pemurnian mineral untuk mendapatkan nilai tambah dari hasil tambang, khususnya nikel yang banyak ada di Sulawesi Tengah (Sulteng), Sultra, dan Maluku Utara. Hilirisasi sangat penting tidak hanya untuk mendapatkan nilai tambah, tetapi juga untuk industrilisasi.
“Kita percaya ‘ambisi’ pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia pemain penting dalam ekosistem kendaraan listrik, membuat hilirisasi nikel, salah satu bahan baku pembuat baterai kendaraan listrik, masif dilakukan. Keberadaan hilirisasi nikel dinilai dapat memberikan dampak positif bagi perkonomian negara,” ungkapnya.
Selain dapat meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas bijih nikel dari gejolak harga. Menurtunya, Area Sultra, Sulteng, dan Maluku Utara punya potensi yang terbesar di Indonesia. Selanjutnya sebagai Ekonom, ia menyebut Indonesia Timur akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru berkat adanya hilirisasi nikel.
Hal tersebut tidak lepas dari potensi cadangan nikel yang dimiliki wilayah-wilayah di Indonesia bagian Timur, seperti diantaranya di Halmahera Maluku Utara dan Sultra.
Kekayaan yang dimiliki Indonesia Timur tersebut menurutnya akan menjadi sumber utama bahan baku baterai kendaraan Listrik.
Ia memprdikasi dalam 10-15 tahun ke depan peredaran mobil berbahan bakar BBM akan digantikan mobil listrik, sementara Halmahera bagain dari Kawasan Timur Indonesia punya bahan baku yang bisa diproses jadi bahan baku baterai Listrik. Menurutnya juga, peran alumni politeknik yang ada disini yaitu memanfaatkan ilmunya untuk mebangun industri Indonesia.
Mantan Alternate Executive Director dan Technical Assistance Advisor di Monetary and Exchange Affairs Department di International Monetary Fund (IMF) itu melanjutkan, dampak ekonomi yang diberikan kepada Sultra berkat hilirisasi nikel itu kini mulai dirasakan.
“Kenapa, tahun 2022 pertumbuhan ekonominya 27 persen dalam satu tahun, 2023 turun sedikit jadi 20,49 persen. Ini tetap paling tinggi sedunia. Jadi dampaknya sudah terjadi,” kata Harinowo.
Dalam mengahiri kuliah umumnnya beliau kembali menegaskan kebanggaannya pada Sultra yang ia yakin bahwa, Ekonomi Indonesia relative resilien karena fundamental yang kokoh, Indonesia Timur menjadi pendorong perekonomian, program hilirisasi nikel membawa Indonesia masuk dalam peta investasi global, investasi perlu dilanjutkan untuk membuka jalan menuju kesempatan ekonomi yang lebih tinggi.
Sambungnya, program hilirisasi perekonomian indoesia dari ancaman dominasi produsen asing, keberhasila program hilirisasi industry menjadi kunci evaluasi Indoesia menjadi raksasa ekonomi global .
Sejalan dengan itu, Prof. Hanna Sebagai pemerhati Pembangunan daerah Sultra dalam mengomentari pernyataan Cyrillus Harinowo terkait Hilirisasi nikel Indonesia ternyata membawa dampak positif bagi Pembangunan Indonesia.
Hanna berpendapat bahwa masalah hilirisasi Nikel terkadang seseorang hanya melihat dampak negativnya yang mereka biasa keluhkan antara lain ada yang mengkritisi tentang kerusakan lingkungan, masyarakat kehilangan ruang hidup, mengganggu kesehatan, deforestasi, pencemaran lingkungan.
Tetapi juga memiiliki dampak positif yang signifikan antara lain meningkatkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi. Yang tidak kalah pentingnya adalah transformasi pengetahuan kepada masyarakat dan perubahan paradigma masyarakat terhadap nikel.
“Yang perlu kita pikirkan adalah solusi bagaimana pemerintah mendorong regulasi bagi penambang agar menaati aturan dalam melakukan ekplorasi pertambangan dengan cara tidak merusak lingkungan dan tidak menggangu Kesehatan,” pungkasnya.
Reporter : Erdin Yahya