HaluoleoNews.ID, KENDARI- ERVIANA HASAN lahir di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, 13 Desember 1999. Ia adalah mahasiswa Jurusan Perpustakaan dan Ilmu Informasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari. Selain aktif pada kegiatan literasi di kampus, ia juga bergiat di Pustaka Kabanti Kendari, sejak 2018. Lalu, mulai Maret 2020, ikut bergabung dengan #ObatManjur Kendari. Puisi-puisinya sudah tersiar di Blog Pustaka Kabanti Kendari. Puisi Erviana Hasan juga dimuat di antologi puisi Sesudah Zaman Tuhan, Sajak-Sajak dari Masa Covid-19, yang diterbitkan Siger Publisher kerja sama dengan Gerakan Penyair Peduli Literasi, Mei 2020. Buku puisi tersebut dieditori oleh Anugrah Gio Pratama. Sebagaimana kata pengantar editornya, buku ini ditulis oleh 47 penyair yang berasal dari 34 provinsi di Indonesia. Selain itu, puisinya juga diterbitkan pada antologi bersama Senandung Alam Indonesia, Penerbit Mecca, Mei 2020. Sejumlah puisinya termuat di dalam antologi puisi Jelajah Kata Jelajah Kota, karya penulis Pustaka Kabanti yang terbit 2022.
Surga yang Jatuh di Bumi Dewata
Sore itu berteman sepucuk senja di Kuta
Dan di antara kemungkinan
Aku menemukanmu di antara ingatan tak bertubuh
Di sini, di selasar jalan memuju sore ingatanku berumah
Lengang yang menolak di hempas
Senyum kota memelukmu jauh
Memelukmu indah
Senja sore itu seolah menyerahkan diri seutuhnya untuk dipeluk erat
Aku tak melihat kemungkinan di matamu
Tidak juga kesunyian
Bali, April 2023
Tiada
Tiada mimpi buruk yang membangunkanmu
Dari lelap tidurmu di jam 3 pagi
Di kota yang mencintai senyuman dengan penuh cinta kasih
Kau merasa terus kembali
Kau merayakan kebahagiaan dengan ringkas
Dan tiada pernah tuntas
Tiada kapan dalam bahasamu
Tiada nanti
Tiada esok
Bali, April 2023
Tiada 2
Jalan-jalan di sini sudah merekam kita
Tempat di mana pernah ada aku
Kamu dan manusia-manusia lain
Jalan yang sibuk seolah memeluk ketiadaan
Di sini di Pulau Dewata
Tiada masa lalu
Tiada kenangan yang melahap kita
Bali, April 2023
Bali adalah Rindu
Rindu pada senyum dikulum
Rindu yang tiada bisa disiasati
Rindu pada surga yang mencipta pelangi atau terik namun tiada menjerit
Niskala dan skala beradu padu di sini
Paginya mencipta baswara yang menyelam jauh di hamparan tanah lot
Malamnya menyilap mata hingga ke bumantara
Bali adalah rindu yang tiada pernah berakhir
Bali, April 2023
Menjelang Pagi
Senyummu umpama langit mendung yang tak turunkan hujan
Umpama debar obak
Yang surut di palung hati
Kau masih nyenyak di pelukan Pulau Dewata
Di sini pohon-pohon disirami doa
Jalan-jalan dipenuhi rentetan senyum
Yang terlibat riuh langkah silih berganti
Aku masih memandangi namamu
Sebab kau memang pandai membual rindu
Jika ada yang lebih indah dari singkatnya senja
Mungkin itu sudut matamu saat kau mulai tersenyum
Bali, April 2023
Author : Syaifuddin Gani